Doa memohon sehat lebih cepat merupakan bentuk ikhtiar rohani yang sangat ditekankan dalam ajaran Islam. Kesehatan adalah nikmat luar biasa yang sering kali tidak disadari nilainya sampai seseorang jatuh sakit. Dalam keadaan sakit, tubuh menjadi lemah, aktivitas terganggu, dan ibadah pun tak semaksimal biasanya. Oleh karena itu, berdoa agar lekas sembuh bukan hanya wujud permohonan kepada Allah, tetapi juga refleksi tawakal dan pengakuan bahwa hanya Dia-lah yang Maha Menyembuhkan. Ketika usaha medis dilakukan, doa menjadi penyempurna yang menghubungkan hati dengan Sang Penyembuh sejati.
Nabi Muhammad ﷺ memberikan contoh langsung kepada umatnya dalam menghadapi sakit dan dalam mengajarkan doa-doa untuk kesembuhan. Dalam salah satu hadist riwayat Abu Dawud, disebutkan bahwa Nabi ﷺ biasa mendoakan orang sakit dengan doa, “Allahumma Rabban-naas, adzhibil ba’sa, isyfi anta asy-Syafi, la syifa’a illa syifa’uka, syifa’an la yughadiru saqama.” Yang artinya, “Ya Allah, Tuhan seluruh manusia, hilangkanlah penyakit ini. Sembuhkanlah, Engkaulah Sang Penyembuh. Tidak ada kesembuhan selain dari kesembuhan-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan rasa sakit.” Doa ini bukan hanya rangkaian kata, melainkan pengakuan bahwa segala daya upaya hanya berujung pada kehendak Allah.
Kesembuhan sejatinya bukan semata-mata hasil dari obat atau perawatan dokter, melainkan hasil dari izin dan kehendak Allah. Oleh sebab itu, seorang Muslim yang sedang sakit tidak hanya dianjurkan untuk minum obat dan beristirahat, namun juga memperbanyak doa, dzikir, serta memperkuat keyakinan akan kuasa Allah dalam setiap detik proses penyembuhan. Ketika lidah terus menyebut nama-Nya dan hati bersandar penuh pada kasih sayang-Nya, maka ketenangan batin akan tumbuh dan mempercepat proses pemulihan.
Islam mengajarkan keseimbangan antara ikhtiar jasmani dan spiritual. Maka dari itu, selain berdoa, seorang Muslim dianjurkan untuk tetap berprasangka baik kepada Allah, tidak putus asa, dan percaya bahwa setiap sakit mengandung hikmah. Dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi ﷺ bersabda bahwa tidaklah seorang Muslim tertimpa kelelahan, penyakit, kesedihan, atau pun kesusahan, melainkan semua itu menjadi penghapus dosa. Artinya, sakit bukan hanya ujian, tetapi juga bentuk rahmat dan cara Allah menyucikan hamba-Nya.
Ketika seseorang berdoa dengan sungguh-sungguh, ia sedang memperkuat jiwanya agar tidak terpuruk dalam kepasrahan tanpa usaha. Doa yang ikhlas dapat mengubah kesedihan menjadi harapan, dan keputusasaan menjadi semangat baru. Seseorang yang yakin bahwa Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengabulkan doa akan lebih tenang menjalani masa sakitnya, dan ketenangan ini merupakan bagian penting dari proses penyembuhan yang lebih cepat.
Mengajarkan doa kepada orang sakit juga merupakan bentuk kasih sayang sesama Muslim. Dalam suasana sakit yang melemahkan, hadirnya orang-orang yang mengingatkan pada Allah akan menambah keteguhan hati. Kalimat-kalimat doa yang lembut dan penuh harap menjadi penguat spiritual yang luar biasa. Dalam konteks ini, sabda Nabi ﷺ sangat relevan, bahwa menjenguk orang sakit termasuk amal kebaikan dan membawa pahala besar. Maka, selain mendoakan diri sendiri, kita pun dianjurkan mendoakan saudara kita agar diberi kesembuhan secepatnya.
Menjadi sehat lebih cepat bukan hanya soal tubuh, tetapi juga soal hati yang yakin, jiwa yang tenang, dan doa yang terus dipanjatkan. Sebab, sering kali tubuh membutuhkan waktu, tetapi doa bisa menjadi jembatan antara kesabaran dan keajaiban. Dalam Surah Asy-Syu’ara ayat 80, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berkata, “Dan apabila aku sakit, Dialah (Allah) yang menyembuhkan aku.” Ayat ini menjadi penguat bahwa Allah adalah satu-satunya tempat bergantung dan satu-satunya harapan bagi setiap insan yang sedang berjuang melawan penyakit.
Maka, di setiap kesempatan ketika tubuh terasa lemah, mata terasa berat, dan pikiran diliputi kecemasan, jangan lupa untuk mengangkat tangan dan memohon kepada Allah. Ucapkan dengan tulus, dengan hati yang khusyuk dan keyakinan penuh, bahwa Dia akan mengangkat penyakit dan menggantinya dengan kesembuhan. Doa yang tulus, terutama yang dipanjatkan di waktu-waktu mustajab seperti sepertiga malam terakhir atau antara adzan dan iqamah, adalah bentuk kepasrahan yang paling indah.
Sakit, meskipun berat dan tidak diinginkan, sering kali menjadi momen terdekat seorang hamba dengan Rabb-nya. Di saat itu, doa menjadi lebih jernih, harapan menjadi lebih tajam, dan keyakinan menjadi lebih kuat. Maka, jangan sia-siakan kesempatan itu untuk memperbanyak munajat. Semoga dengan doa yang ikhlas dan usaha yang sungguh-sungguh, Allah memberikan kesembuhan secepatnya dan mengembalikan kesehatan yang sempurna kepada setiap hamba-Nya yang sedang diuji.